Standar kecantikan dalam dunia fashion, periklanan, perfilman, dan media massa membuat perempuan bersaing untuk menyesuaikan dirinya dengan berbagai cara. Ketidaksesuaian penampilan seorang perempuan dengan standar ideal dapat menyebabkan body shaming. Dampak yang dapat ditimbulkan dari body shaming, yaitu munculnya emosi negatif serta membuat seseorang memandang dirinya menjadi lebih rendah. Body shaming berpengaruh sangat besar pada perempuan usia 18-25 tahun karena pada tahap usia ini, seseorang sedang menetapkan jati dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak, gambaran strategi coping stress, serta coping stress yang paling sesuai dalam mengatasi tekana akibat body shaming.
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui proses wawancara yang dilakukan kepada tiga perempuan usia emerging adulthood yang pernah mengalami body shaming baik secara langsung maupun melalui sosial media. Validasi data dilakukan menggunakan metode member checking dan pertimbangan etis dilakukan dengan mengajukan ethical clearance dan memberikan informed consent.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa body shaming yang dialami menimbulkan dampak negatif dan memberikan dampak positif. Dalam mengatasi tekanan body shaming, para partisipan menggunakan problem-focused coping, emotion-focused coping, dan less useful coping. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa denial dalam emotion-focused coping serta alcohol-drug disengangement dalam less useful coping kurang sesuai digunakan dalam mengatasi dampak negatif akibat body shaming. Masing-masing partisipan juga memiliki strategi coping stress paling sesuai mengatasi dampak negatif dari body shaming yang berbeda-beda. Namun emotion-focused coping merupakan strategi paling banyak yang digunakan dalam mengatasi terkanan akibat body shaming, yaitu seeking social support for emotional reasons, positive reinterpretation and growth, dan turning to religion. |