Prevalensi luka bakar di dunia selalu meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2018, tingkat kematian luka bakar di dunia mencapai 180.000 korban. Sementara itu, prevalensi luka bakar di Indonesia dari tahun 2013 sampai 2018 meningkat sebesar 0,6%. Terdapat beberapa pengobatan luka bakar yang sering digunakan oleh masyarakat, yaitu menggunakan antibiotik seperti amoksisilin, ampisilin dan ampisilin-sulbaktam. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya resistensi, oleh karena itu perlu dicari pengobatan alternatif lainnya. Getah kemenyan (Styrax benzoin) diketahui mempunyai efek antiinflamasi yang efektif dalam penyembuhan luka bakar, tetapi hingga saat ini belum ditemukan adanya penelitian lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak Styrax benzoin dalam bentuk sediaan emulgel terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit jantan galur DDY. Pada penentuan formula optimal, digunakan metode simplex lattice design dengan perbedaan konsentrasi HPMC dan karbopol 940 sebagai gelling agent. Berdasarkan hasil penelitian, formula paling optimal adalah kombinasi antara HPMC dan karbopol 940 dengan perbandingan 2:1 dengan nilai daya lekat sebesar 4,954 detik, daya sebar 5,594 cm dan viskositas sebesar 314533,329 cPs. Selanjutnya dilakukan uji in vivo dengan cara menginduksi hewan uji dengan lempeng yang dipanaskan dan diamati selama 15 hari. Penyembuhan luka bakar ditandai dengan pengecilan ukuran luka yang diperkuat dengan uji statistik menggunakan one way ANOVA. Persentase penyembuhan luka bakar untuk kontrol positif, kontrol negatif, variasi 1%, 5% dan 10% secara berurutan adalah 56,35%, 47,28%, 48,80%, 51,21%, dan 75,83%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan variasi konsentrasi ekstrak etanol Styrax benzoin sebesar 10% efektif dalam penyembuhan luka bakar pada mencit DDY. |