Salah satu pengembangan yang telah dilakukan pada bidang industri adalah additive manufacturing. Metode ini digunakan peneliti dan masyarakat untuk melakukan fabrikasi atau membuat prototipe karena menghasilkan komponen dengan fungsi yang sesuai dengan rancangan dan sifat material yang mendekati seperti proses manufaktur konvensional. Additive manufacturing dikenal juga sebagai 3D printer, yaitu memproduksi komponen dengan injeksi material berwujud semi-solid secara berlapis. Additive manufacturing memberikan kemudahan untuk membuat komponen dengan geometri yang sulit sekalipun. 3D printer yang digunakan dalam penelitian bersifat Open-Source, sehingga dapat dilakukan modifikasi untuk kebutuhan penelitian. Disamping fleksibilitas 3D printer, perangkat ini memiliki keterbatasan dalam penggunaannya, yaitu tidak semua material dapat diinjeksi langsung oleh mesin 3D printer, seperti material Silicone Rubber. Oleh sebab itu diperlukan beberapa modifikasi pada sistem injeksi yang dihubungkan dengan mesin 3D printer. Pada penelitian ini, akan dilakukan perancangan sistem injeksi menggunakan dua syringe, masing-masing sebagai wadah penampung material dan katalis, kemudian masuk ke tabung pencampur yang berfungsi untuk tempat bercampurnya material. Sistem injeksi ini diuji dengan dihubungkan dengan mesin 3D printer untuk melihat apakah dapat menghasilkan objek 3D atau tidak. Tabung pencampur juga divariasikan untuk melihat hasil berupa objek cetak 3D paling sesuai dengan referensi objek yang digunakan, yaitu ASTM D412 tipe C. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, tabung pencampur tipe Y memiliki kestabilan proses cetak terbaik jika dibandingkan dengan varian tabung pencampur tipe batang pohon dan U, dan menghasilkan objek 3D dengan persentase penyimpangan terkecil, yaitu sebesar 69,8%. |