Perceraian memiliki dampak cukup besar, terutama pada perempuan yang memiliki balita dan harus menjadi ibu tunggal. Ibu tunggal disaat yang bersamaan dituntut untuk mencari nafkah dan membesarkan balita seorang diri. Jika ibu tunggal menerima kondisi tersebut, maka ia mampu menjadi pribadi yang mandiri dan dapat membangun kelekatan yang positif (secure attachment) dengan balitanya. Sementara itu, jika ibu tunggal merasa tertekan karena perceraian, tidak jarang pembentukan attachment yang positif dengan balitanya cenderung diabaikan (insecure attachment). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment antara ibu tunggal yang bekerja dengan balitanya dan faktor yang mungkin mempengaruhi pembentukan attachment tersebut. Penelitian kualitatif ini melibatkan lima partisipan ibu tunggal yang bekerja dan memiliki balita. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang dilakukan secara langsung berdasarkan persetujuan partisipan. Wawancara dilakukan selama 15 sampai 30 menit dan hasilnya diolah dengan melakukan verbatim serta koding yang sesuai. Sedangkan, observasi dilakukan di tempat tinggal partisipan dan berlangsung selama 10 jam tanpa intervensi dari peneliti. Hasil observasi diolah dengan membuat rangkuman kegiatan yang belangsung selama observasi. Hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa terdapat beragam attachment yang terbentuk antara partisipan dengan balitanyanya. Melalui hasil penelitian ini, dapat diberikan saran kepada ibu tunggal untuk membangun attachment yang positif dengan balitanya. Cara yang dapat dilakukan adalah sering melakukan aktivitas bersama, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan, hingga menegur anak tanpa menggunakan kekerasan secara fisik maupun verbal. Apabila terdapat anggota keluarga lain yang tinggal bersama, penting untuk setiap angota keluarga menyadari bahwa pengasuh utama balita adalah ibu tunggal. |