Latar Belakang: Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum terjadi. Berdasarkan World Health Organization (WHO) prevalensi nyeri kepala pada populasi dewasa yang bergejala setidaknya sekali dalam setahun adalah sekitar 50%. Nyeri kepala secara garis besar diklasifikasikan menjadi nyeri kepala primer, nyeri kepala sekunder, dan neuropati kranial, nyeri fasial, dan nyeri kepala lainnya oleh The International Classification of Headache Disorder 3rd edition (ICHD-3). Red Flags nyeri kepala merupakan kriteria untuk mengeksklusi penyebab sekunder dan penyebab lainnya dari nyeri kepala. Kriteria red flags yang digunakan adalah kriteria SNNOOP10 dapat membantu membedakan apakah gangguan tersebut merupakan nyeri kepala primer atau sekunder. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui tingkat pengetahuan dokter mengenai red flags nyeri kepala.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan dengan studi potong lintang. Tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuesioner yang dirancang oleh peneliti dan divalidasi oleh dokter spesialis neurologi dan dilakukan uji reliabilitas pada 20 responden. Total sampel penelitian sebanyak 111 responden dan didapatkan dari dokter lulusan baru FKIK UNIKA Atma Jaya.
Hasil: Sebesar 35,13% responden memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai red flags nyeri kepala. Median nilai yang didapatkan adalah 70. Menggunakan uji analisis nonparametrik untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, memiliki kerabat atau anggota keluarga yang mengetahui atau pernah memiliki riwayat nyeri kepala sekunder, pengalaman mengikuti pelatihan atau seminar mengenai nyeri kepala sekunder, status internsip, dan tahun kelulusan dengan nilai p sebesar 0,720, 0,195, 0,460, 0,125, dan 0,722. Tidak terdapat hubungan antara faktor-faktor dengan tingkat pengetahuan.
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan sebesar 35,13% dokter lulusan baru memiliki tingkat pengetahuan baik mengenai red flags nyeri kepala. Faktor-faktor yang terdiri atas jenis kelamin, memiliki kerabat atau anggota keluarga yang mengetahui atau pernah memiliki riwayat nyeri kepala sekunder, pengalaman mengikuti pelatihan atau seminar mengenai nyeri kepala sekunder, status internsip, dan tahun kelulusan tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan dokter lulusan baru. |