Latar Belakang : Transisi mahasiswa Kedokteran dari kehidupan Sekolah Menengah Atas ke Perguruan Tinggi mengharuskan mereka beradaptasi. Gagalnya proses adaptasi seseorang dengan masa peralihan tersebut dapat menyebabkan terjadinya stres. Stres diduga berkaitan erat dengan risiko seseorang mengalami gangguan makan.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan risiko gangguan makan pada mahasiswa program studi kedokteran FKIKUAJ.
Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik potong lintang. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya angkatan 2019 - 2022. Pengambilan data diambil pada bulan Oktober - November 2022. Data penelitian diperoleh menggunakan Medical Student Stressor Questionnaire (MSSQ) dan Eating Attitude Test 26 (EAT-26) dalam bahasa Indonesia. Hubungan antara dua variabel diuji menggunakan uji regresi logistik sederhana.
Hasil : Terdapat 658 subjek, berdasarkan MSSQ didapatkan (23,7%) subjek yang tergolong stres rendah, (42,9%) subjek yang tergolong stres sedang, (30,9%) subjek yang tergolong stres berat, dan (2,6%) subjek yang tergolong stres sangat berat. Berdasarkan EAT - 26 diperoleh sebanyak (95,5%) subjek tidak berisiko mengalami gangguan makan, dan sebanyak (5,5%) subjek berisiko mengalami gangguan makan. Uji regresi logistik sederhana menunjukkan terdapat hubungan stres terhadap risiko gangguan makan dengan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05).
Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara stres dengan risiko gangguan makan pada mahasiswa pre-klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. |