Pendahuluan: Prevalensi depresi meningkat seiring bertambahnya usia dan tingkat pendidikan yang tinggi merupakan faktor protektif lansia dari depresi. Namun, mayoritas lansia di Indonesia adalah lansia berpendidikan rendah yang menempatkannya pada risiko depresi yang lebih tinggi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kejadian depresi pada lansia berpendidikan rendah. Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS-5) tahun 2014-2015 yang dilakukan terhadap responden berusia 60 tahun atau lebih dengan tingkat pendidikan rendah. Kondisi depresi dinilai dengan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale-10 (CESD-10), Fungsi kognitif dinilai menggunakan Telephone Interview for Cognitive Status (TICS), intensitas aktivitas fisik dengan versi pendek International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), disabilitas fungsional dengan 6 pertanyaan dari Katz Activity Daily Living (ADL) serta Lawton Instrumental Activity of Daily Living (IADL), dan variabel lainnya menggunakan pertanyaan dalam kuesioner IFLS. Hasil: Dari 3481 responden, sebagian besar berusia 60-74 tahun (86,4%), wanita (55,3%), menikah (63,3%), bekerja (54,9%), melakukan aktivitas fisik intensitas sedang-tinggi (64,6%), mandiri (87,3%), dan normal pada IADL (73,5%). Selain itu, sebagian besar tidak mengalami penurunan fungsi kognitif (79,9%), tidak memiliki riwayat hipertensi (74,1%), diabetes melitus (95%), arthritis/rematik (87,2%), dan disabilitas fisik (99,2%), serta tidak depresi (83,8%). Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan bermakna antara usia (p=0,042; OR=0,737), hipertensi (p=0,005; OR=1,332), arthritis/rematik (p=0,000; OR=1,681), disabilitas fisik (p=0,001; OR=3,716), ADL (p=0,000; OR=1,632), dan IADL (p=0,000; OR= 1,907) dengan kejadian depresi pada lansia berpendidikan rendah. Namun, tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (p=0,091), status perkawinan (p=0,227), pekerjaan (p=0,328), fungsi kognitif (p=0,304), diabetes melitus (p=0,704), dan aktivitas fisik (p=0,525) dengan kejadian depresi pada lansia berpendidikan rendah. Pada analisis multivariat ditemukan bahwa IADL merupakan faktor yang paling berperan terhadap kejadian depresi pada lansia berpendidikan rendah berdasarkan IFLS-5 (p=0,000; OR=1,896). Diskusi: Terdapat hubungan bermakna antara usia, hipertensi, arthritis/rematik, disabilitas fisik, ADL, dan IADL dengan kejadian depresi pada lansia berpendidikan rendah dan faktor yang paling memengaruhi adalah ketergantungan IADL. Responden yang mengalami ketergantungan 1,8 kali lebih berisiko mengalami depresi |