Latar Belakang : Artritis adalah penyakit yang melumpuhkan dan lazim untuk ditemui pada populasi lansia. Meskipun didasari oleh patofisiologi peradangan yang serupa, masih sedikit penelitian terutama pada populasi Indonesia yang mengeksplorasi hubungan antara artritis dan kelainan metabolik yang angkanya terus meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara empat kelainan metabolik (obesitas, diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemia) dengan artritis pada populasi lanjut usia di Indonesia.
Metode : Studi ini menggunakan data potong-lintang yang dikumpulkan dari gelombang kelima penelitian Indonesian Family Life Survey pada tahun 2014-2015. Setelah penyesuaian bobot sampel, didapatkan total 3493 responden berusia 60 tahun atau lebih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel independen yang diminati dianalisis menggunakan Pearson chi-square (CI=95%, p<0,05) dan analisis multivariat binary logistic regression (CI=95%, p<0,05).
Hasil : Prevalensi artritis pada sampel yang diteliti adalah 12,8%. Jumlah lansia dengan obesitas (lingkar pinggang), diabetes melitus, hipertensi, dan dislipidemia berturut-turut adalah 44,1%, 7,6%, 28,4%, dan 8,2%. Dari ketiga metode klasifikasi obesitas yang diteliti, obesitas yang diukur menggunakan lingkar pinggang dikaitkan dengan risiko tertinggi artritis pada analisis chi-square (p<0,05). Analisis multivariat menunjukkan bahwa karakteristik sampel berupa jenis kelamin perempuan dan status ekonomi rendah berhubungan dengan artritis (p<0,05). Selain itu, tiga kondisi kelainan metabolik meliputi obesitas, hipertensi, dan dislipidemia juga menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,05), dengan hipertensi memiliki risiko artritis tertinggi dari semua variabel yang dianalisis (OR 2,131; 95% CI 1,723 - 2,636).
Kesimpulan : Penelitian ini menemukan hubungan yang signifikan dari beberapa kelainan metabolik yaitu obesitas, hipertensi, dan dislipidemia terhadap artritis. Dengan demikian, penanganan dini yang lebih komprehensif terhadap faktor-faktor risiko metabolik tersebut terutama hipertensi memiliki potensi untuk mengurangi angka artritis pada lansia di Indonesia. |