Latar Belakang : Proses penuaan menyebabkan penurunan status fungsional yang dapat mengakibatkan meningkatnya kerentaan terhadap berbagai penyakit, menyebabkan adanya multimorbiditas yang akan berujung pada polifarmasi.Salah satu perubahan yang terjadi pada lansia adalah penurunan kekuatan otot yang dapat diukur dengan melakukan pemeriksaan kekuatan genggam tangan. Beberapa obat yang umumnya digunakan lansia diketahui memberikan dampak pada penurunan kekuatan genggam tangan. Kekuatan genggam tangan yang lemah merupakan parameter diagnosis sarkopenia dan kriteria fenotipik dari sindrom frailty. Tujuan : Mengetahui korelasi antara polifarmasi dengan kekuatan genggam tangan pada pasien usia lanjut di Poliklinik Penyakit Dalam RS Atma Jaya. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang, menggunakan data sekunder dari rekam medis dan pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G) di Poliklinik Penyakit Dalam RS Atma Jaya, dalam periode 12 (dua belas) bulan yaitu sejak bulan Mei 2020 sampai dengan Mei 2021. Uji Chi-Square dilakukan untuk menentukan korelasi antara variabel independent (polifarmasi) dengan variabel dependen (kekuatan genggam tangan). Hasil : Terdapat 299 subjek dengan median usia 66 (60-90) tahun, 53,5% berjenis kelamin perempuan, 67,2% terdiagnosa hipertensi, 43,5% mengalami polifarmasi, 58,9% memiliki kekuatan genggam tangan kanan lemah dan 71,2% memiliki kekuatan genggam tangan kiri lemah. Hasil analisis dengan uji Chi-Square menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi antara polifarmasi dan kekuatan genggam tangan kanan (p = 0,727) dan tidak terdapat korelasi antara polifarmasi dengan kekuatan genggam tangan kiri (p = 0,920). Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara polifarmasi dengan kekuatan genggam tangan kanan dan kiri pada lansia di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Atma Jaya. |