Anda belum login :: 23 Nov 2024 06:21 WIB
Home
|
Logon
Hidden
»
Administration
»
Collection Detail
Detail
Om Liem: Tak Pulang ke Gunung Sahari
Oleh:
Aryanto, Y. Tomi
Jenis:
Article from Bulletin/Magazine
Dalam koleksi:
Tempo vol. 41 no. 16 (Jun. 2012)
,
page 56-60.
Topik:
Liem Sioe Liong
;
Soeharto
;
Pengusaha
;
Ekonomi
;
Bisnis
Ketersediaan
Perpustakaan Pusat (Semanggi)
Nomor Panggil:
TT25.231
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Perpustakaan PKPM
Nomor Panggil:
T4
Non-tandon:
1 (dapat dipinjam: 0)
Tandon:
tidak ada
Lihat Detail Induk
Isi artikel
Mangkat pada usia 96 tahun di Singapura, Liem Sioe Liong atau Sudono Salim meninggalkan jejak yang dalam di dunia bisnis -juga politik -Indonesia. Bisnis taipan kelahiran Fujian, Cina, 16 Juli 1916, itu ibaratnya naik dan turun bersama Soeharto. Keduanya mulai saling mengenal tatkala Soeharto menjadi panglima Divisi Diponegoro, Jawa Tengah, pada 1950-an. Berkat Perlindunganpolitik Soeharto serta kepiawaian manajerial, konglomerasi Om Liem - sebutan akrab Liem Sioe Liong -merambah cepat ke berbagai sektor usaha : bank, makanan, semen, televisi, properti, otomotif, retail, dan sebagainya. Usahanya menjadi salah satu ikon pertumbuhan ekonomi Orde Baru. Deraan Krisis ekonomi, disusul badai politik, menumbangkan Soeharto pada 1998. Bisnis Om Liem ikut goyah. Dia terpaksa menyerahkan 108 perusahaannya ke negara untuk membayar utang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia 52 triliun. Taipan itu terpaksa mengungsi ke Negeri Singa di usia sepuh: rumahnya di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, dirusak massa dalam kerusuhan Mei 1998. Pekan Lalu wartawan Tempo Y. Tomi Aryanto hadir melaporkan dari dumah duka -tempat jenazah Om Liem dibaringkan -di kawasan Mount Vernon, Jalan Aljunied, Singapura, bobby Chandra melengkapinya dari aspek pasang-surut bisnis Lin Che Wei menuliskan pandangannya tentang konglomerasi Grup Salim sekarang dan di masa datang
Opini Anda
Klik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!
Kembali
Process time: 0.015625 second(s)