Latar Belakang: Defisiensi vitamin D merupakan masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Vitamin D berperan dalam mengurangi risiko terjadinya berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, kesehatan tulang, infeksi, autoimunitas, kanker, dan depresi. Reseptor vitamin D yang diekspresikan dalam jalur neurotransmiter dapat memengaruhi sintesis dopamin dan serotonin yang menyebabkan gangguan perasaan, sehingga defisiensi vitamin D merupakan salah satu faktor risiko terjadinya depresi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara asupan vitamin D dengan depresi pada kelompok usia 17-24 tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang yang dilakukan pada mahasiswa FKIK Unika Atma Jaya beserta kerabatnya pada kelompok usia 17-24 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Vitamin D Estimation Only - Food Frequency Questionnaire (ViDEO-FFQ) dan Depression, Anxiety and Stress Scale – 21 Items (DASS-21). Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (??2). Hasil: Total responden pada penelitian ini sebanyak 119 orang. Responden dengan asupan vitamin D adekuat sebanyak 22 orang, terdapat 16 orang (72,727%) dalam kategori tidak depresi dan 6 orang (27,273%) dalam kategori depresi. Sementara itu, dari 97 orang yang memiliki asupan vitamin D tidak adekuat, terdapat 73 orang (75,258%) dalam kategori tidak depresi dan 24 orang (24,742%) dalam kategori depresi. Analisis data dengan menggunakan uji chi-square (??2) menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara asupan vitamin D dengan depresi (p = 0,805). Kesimpulan: Prevalensi depresi pada individu kelompok usia 17-24 tahun dengan asupan vitamin D yang tidak adekuat lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan asupan vitamin D yang adekuat, namun tidak terdapat hubungan antara asupan vitamin D dengan depresi. |