Latar Belakang: Pandemi COVID-19 berdampak luas terhadap seluruh aspek kehidupan manusia. Sistem PJJ mengakibatkan peningkatan perilaku sedenter pada mahasiswa karena pembelajaran dilakukan dari rumah. Situasi ini perlu diberikan perhatian khusus karena perilaku sedenter dapat menyebabkan beban penyakit fisik maupun penyakit mental seperti insomnia terutama pada mahasiswa kedokteran.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional pada 409 mahasiswa FKIK Unika Atma Jaya. Penilaian perilaku sedenter menggunakan kuesioner Adolescent Sedentary Behavior Questionnaire (ASAQ) dan penilaian insomnia menggunakan kuesioner Insomnia Severity Index (ISI) yang disebar melalui Google Forms. Analisis data menggunakan uji Man-Whitney U-test, Chi square, dan Fisher Exact test.
Hasil: Sebanyak 92,42% responden memiliki perilaku sedenter tinggi dengan mayoritas laki-laki (95,12%) dan berasal dari angkatan 2020 (93,01%). Sebanyak 62,59% responden mengalami insomnia dengan mayoritas perempuan (65,38%) dan berasal dari angkatan 2020 (65,41%). Dimensi perilaku sedenter yang paling banyak dilakukan adalah aktivitas sosial, edukasi, small screen recreation, aktivitas cultural, dan travel dengan rerata 120,53, 60,22, 58,82, 29,77, dan 24,08 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku sedenter dengan insomnia (p=0,009). Hasil analisis dimensi perilaku sedenter menunjukkan hubungan yang signifikan antara Small Screen Recreation (SSR) dengan insomnia (p=0,015, OR=3,203, CI=1,200 – 8,553). Tidak ditemukan hubungan antara edukasi, travel, aktivitas cultural, aktivitas sosial dengan insomnia.
Kesimpulan: Perilaku sedenter merupakan faktor yang berhubungan dengan insomnia. Responden dengan SSR yang tinggi memiliki risiko 3,20 kali lipat lebih tinggi mengalami insomnia. Hasil ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam tindakan preventif perilaku sedenter terutama screening time untuk meminimalkan risiko insomnia. |