Latar Belakang: Lansia merupakan periode dimana seseorang telah mencapai fase akhir dalam perkembangan. Tingginya angka harapan hidup lansia tanpa didukung dengan peningkatan kualitas hidup akan menimbulkan suatu masalah kesehatan dan beban bagi negara. Gangguan fungsi kognitif termasuk salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lansia. Berbagai studi menunjukkan bahwa lansia daerah perdesaan cenderung memiliki fungsi kognitif yang buruk. Indonesia sendiri termasuk negara berkembang dengan keadaan pembangunan, akses kesehatan, pendidikan dan pekerjaan yang tidak merata. Namun, di Indonesia studi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penurunan kognitif khusnya pada lansia daerah perdesaan masih sangat minim dan kontroversial. Hal ini penting agar faktor tersebut dapat dipertimbangkan dan dimodifikasi sebagai upaya pencegahan. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik demografi, komorbiditas, perilaku merokok, partisipasi masyarakat dan kondisi psikologis dengan penurunan kognitif pada lansia daerah perdesaan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan pada 1467 responden dengan menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey 5 (IFLS-5). Peniaian terhadap variabel berdasarkan data demografi dan informasi kondisi kesehatan pasien dengan pengukuran rata-rata tiga kali pada tekanan darah sistolik dan diastolik, kuesioner 10 item Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (10-CES-D Scale), Kuesioner Patient Reported Outcomes Measurement Information System (PROMIS), serta kuesioner Telephone Survey of Cognitive Status (TICS) untuk menilai fungsi kognitif lansia. Hasil: Diperoleh 505 responden (34,4%) mengalami gangguan fungsi kognitif. Hasil analisis menunjukkan bahwa usia (p= 0,000), jenis kelamin (p= 0,016, OR= 1,306), tingkat pendidikan (p= 0,000, OR= 5,905) dan status pernikahan (p= 0,003, OR= 1,431) secara signifikan memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan fungsi kognitif. Sedangkan hipertensi, diabetes, stroke, perilaku merokok, partisipasi masyarakat, depresi dan gangguan tidur tidak menunjukkan hasil yang bermakna (p>0,05). Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap fungsi kognitif yaitu tingkat pendidikan (p= 0,000; OR =5,064; 95% CI = 3,340-7,678) diikuti dengan usia (p= 0,000; OR = 1,928; 95% CI = 1,574-2,363). Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pernikahan terhadap fungsi kognitif lansia perdesaan. Tingkat pendidikan yang rendah yaitu kurang dari 9 tahun merupakan faktor dominan terhadap gangguan fungsi kognitif lansia perdesaan. |