Swadiagnosis dan swamedikasi merupakan salah satu fenomena kesehatan global. Perilaku yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak berbahaya seperti diagnosis yang salah, resistensi antibiotik, dan lain-lain. Faktor determinan seperti usia, jenis kelamin, kepemilikan jaminan kesehatan, dan lain sebagainya dapat mempengaruhi perilaku swamedikasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mencari prevalensi swadiagnosis dan swamedikasi, serta faktor determinan yang mempengaruhi perilaku swamedikasi pada mahasiswa. Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada bulan Maret sampai April 2021. Sampel penelitian merupakan 184 mahasiswa dari fakultas kedokteran dan non kedokteran. Analisis univariat dan bivariat dilakukan menggunakan aplikasi SPSS seri 22. Hasil: Prevalensi swadiagnosis dan swamedikasi adalah 64,1% dan 46,7% pada kelompok mahasiswa fakultas kedokteran, serta 63,0% dan 43,5% pada kelompok mahasiswa fakultas non kedokteran. Variabel durasi keluhan pada kelompok mahasiswa fakultas kedokteran, serta variabel swadiagnosis dan dukungan orang lain pada kedua kelompok responden memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku swamedikasi (p<0,05). Namun, variabel seperti jenis kelamin, usia, uang saku, derajat keluhan, kepemilikan jaminan kesehatan, dan akses fasilitas kesehatan pada kedua kelompok responden tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku swamedikasi. Kesimpulan: Prevalensi swadiagnosis dan swamedikasi pada kedua kelompok hampir serupa. Dari seluruh faktor determinan, tiga variabel memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku swamedikasi. |