Anda belum login :: 26 Nov 2024 17:56 WIB
Detail
BukuGambaran Subjective Well Being pada Perempuan yang Mengalami Involuntary Childlessness dalam Keluarga Batak
Bibliografi
Author: Yosephine, Saneth Aurelia ; Wibawa, Dhevy Setya (Advisor)
Topik: subjective well-being; perempuan; involuntary childlessness; suku Batak; nilai Hagabeon
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2021    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis - Abstract of Undergraduate Thesis
Fulltext:
Abstract
Pandangan masyarakat menilai kodrat perempuan adalah mengandung dan melahirkan anak. Anggapan tersebut memberikan tekanan pada perempuan yang mengalami involuntary childlessness. Faktor budaya menjadi salah satu faktor yang berperan dalam membentuk subjective well-being pada perempuan yang mengalami involuntary childlessness dari suku Batak. Tekanan yang dirasakan tidak hanya datang dari diri, namun juga keluarga, karena kekuatan nilai Hagabeon yang mendorong perempuan untuk memiliki keturunan agar berumur panjang. Besarnya tekanan yang dirasakan oleh perempuan berdampak pada evaluasi perempuan terhadap hidupnya. Tujuan penelitian untuk menggambarkan subjective well-being perempuan yang mengalami involuntary childlessness dalam keluarga Batak.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Partisipan penelitian terdiri dari tiga orang perempuan dengan karakteristik mengalami involuntary childlessness, berasal dari suku Batak Toba, dan telah menikah dengan pria Batak Toba selama minimal tiga tahun. Ketiga partisipan dalam penelitian ini berusia 32 sampai 40 tahun. Integritas penelitian menggunakan member checking dan triangulasi pada suami partisipan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami involuntary childlessness memiliki gambaran subjective well-being yang cenderung kurang baik. Tekanan akibat penghayatan nilai Hagabeon atau dukungan yang diberikan oleh keluarga, menjadi faktor yang berperan dalam perbedaan gambaran subjective well-being partisipan. Ketika tuntutan mewujudkan nilai Hagabeon terlalu besar, partisipan merasakan berbagai emosi negatif, hingga memiliki gambaran subjective well-being yang kurang baik. Faktor kesehatan fisik dan pekerjaan turut berperan dalam pembentukan gambaran subjective well-being. Diskusi membahas bagaimana nilai budaya dipahami dan disampaikan dengan kurang tepat, dapat memberikan dampak buruk secara psikologis, serta berpotensi menghambat penerimaan perempuan Batak yang sulit memiliki keturunan.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)