Prestasi olahraga layar pada tingkat internasional delapan tahun belakang dapat terbilang tidak memuaskan. Kurangnya prestasi olahraga layar di Indonesia, selain disebabkan oleh kurangnya peminat, kurangnya persaingan, dan masalah finansial, dapat berasal dari atlet itu sendiri. Untuk menjadi atlet berprestasi, individu harus melewati serangkaian proses untuk mencapai performa puncak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran psychological preparation atlet layar Indonesia dalam mencapai performa puncak berdasarkan model psychological preparation oleh Hardy, Jones, dan Gould (1996). Demi mencapai performa puncak, terdapat lima komponen yang terdiri dari fundamental attributes, psychological skills and strategies, adversity coping strategies, task specific ideal performance state, dan physical, social, and organizational environment. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan teknik purposive sampling yang merupakan convenience sampling. Partisipan penelitian terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki dengan karakteristik usia 18 hingga 29 tahun yang merupakan atlet aktif. Keempat partisipan telah meraih tiga hingga enam prestasi dari empat hingga 17 kejuaraan internasional yang diikuti. Hasil wawacara pada keempat partisipan menjukkan bahwa gambaran persiapan psikologis atlet layar Indonesia dalam mencapai performa puncak adalah akses kepada olahraga layar yang mudah, menemukan dan menentukan alasan menjadi atlet layar, berlatih fisik dan keterampilan mengendalikan kapal antara dua hingga enam kali dalam seminggu, berlatih tanding di luar negeri, melatih kekuatan mental, melakukan evaluasi permainan dengan pelatih atau senior dan refleksi secara pribadi, menggunakan metode emotional-focused coping dan problem-focused coping dalam menyelesaikan masalah, menguasai taktik dan strategi permainan, menguasai pengaturan kapal, menguasai keterampilan mengendalikan kapal dalam berbagai kondisi angin dan laut, dan mendapat dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman, senior, pelatih, sekolah, dan pengurus. Dukungan orang-orang terdekat tidak hanya terdiri dari dukungan emosional, namun juga dukungan secara finansial untuk menjalani program latihan. |