Perceraian dapat memberikan dampak negatif jangka panjang baik kepada pasangan yang diceraikan maupun kepada anak. Dampak perceraian pada anak bisa berupa tingkat well-being yang rendah, kecemasan, dan depresi. Perceraian orang tua akan semakin berdampak ketika anak mencapai tahap perkembangan emerging adulthood, karena anak mulai menjalin hubungan romantis yang lebih serius. Penelitian menunjukkan dampak perceraian orang tua pada anak yang sudah memasuki tahap emerging adulthood adalah pandangan terhadap perceraian yang negatif dan depresi. Self-compassion diprediksi dapat berperan dalam meningkatkan psychological well- being seseorang dengan menurunkan resiko depresi, kecemasan, dan kekecewaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh self-compassion terhadap psychological well-being pada emerging adult dengan orang tua yang bercerai. Penelitian menggunakan metode kuantitatif. Data dianalisis menggunakan regresi linier sederhana dan analisis deskriptif. Data dikumpulkan dengan Skala Welas Diri dan Skala Psychological Well-being. Partisipan penelitian sebanyak 101 orang, dengan karakteristik berumur 18- 25 tahun, berdomisili di Jabodetabek, dan merupakan anak dari pasangan bercerai. Sample diambil menggunakan teknik convenience sampling. Hasil uji regresi linier sederhana menunjukkan persamaan regresi yang signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh self- compassion terhadap psychological well-being emerging adult dengan orang tua yang bercerai. Berdasarkan analisis deskriptif, diketahui bahwa sebanyak 17,82% partisipan memiliki self-compassion tinggi, sedangkan 14,85% partisipan memiliki self-compassion rendah. Pada variabel psychological well-being terdapat 17,82% partisipan memiliki psychological well-being rendah, sedangkan sebanyak 15,84% memiliki psychological well-being tinggi. |