Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep untuk menyelesaikan permasalahan nyata. Kemampuan pemecahan masalah ini dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran, salah satunya melalui pembelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA, guru sebaiknya menggunakan masalah nyata serta siswa dituntut untuk menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya agar siswa dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Salah satu model yang menggunakan masalah sebagai konteks dan menekankan pada penemuan sendiri yaitu model pembelajaran berbasis konteks dan kreativitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis konteks dan kreativitas serta pengaruh penerapan model ini terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV di SD Fransiskus III. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiments) dengan desain non-equivalen group design. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IV- B berjumlah 20 siswa dan kelas IV-C berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan tes. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan software IBM SPSS 25. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai postest antara kelas eksperimen yaitu 89,02 dan kelas kontrol yaitu 69,10. Lalu dengan menggunakan uji Independent Sample T-test, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,000 maka nilai Sig. (2tailed) < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis konteks dan kreativitas dalam pembelajaran IPA mempunyai 6 tahap yaitu tahap kontak, eksplorasi, eksperimen, penemuan konsep, penyajian tugas kreatif, dan konfirmasi. Penerapan model ini juga berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV di SD Fransiskus III. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan agar guru dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dalam pembelajaran IPA untuk mengaktifkan siswa dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Sekolah juga diharapkan dapat mengapresiasi guru yang menggunakan berbagai model pembelajaran dengan menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung. |