Perkembangan teknologi bukan hanya sebuah fiksi ilmiah, namun dapat dibuktikan dengan perkembangan dalam bidang additive manufacture (AM) khususnya 3D printing metal. Dalam bidang medis khususnya pengobatan, perkembangan akan alat berukuran nanometer menjadi suatu kebutuhan. Penelitan awal di Prodi Teknik Mesin, Unika Atma Jaya, dalam bentuk simulasi telah berhasil dilakukan dalam ukuran milimeter, serta mewujudkannya melalui proses investment casting. Kelemahan investment casting, proses harus dilakukan dalam tahapan yang cukup panjang, Untuk itu dicoba mencari alternatif proses manufaktur yang dapat mengatasi kekurangan tersebut, yaitu dengan teknologi additive manufacturing, 3D printing. Metodologi penelitian dilakukan dengan analisis pustaka terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam bentuk artikel ilmiah. Pemilihan pada 3D printing didasarkan pada kelebihannya yaitu membuat produk dengan tingkat akurasi tinggi, presisi serta bentuk yang kompleks. Hasil kajian tersebut memberikan simpulan bahwa proses manufaktur dengan metode additive manufacturing 3D printing dapat dijadikan solusi untuk menggantikan investment casting produk berukuran milimeter, meskipun masih banyak tantangan yang harus dijawab. Penelitian dari berbagai negara yang dituangkan dalam jurnal menyatakan bahwa metode 3D printing mampu membuat produk berukuran milimeter bahkan mikro hingga nanometer pada bidang prostetik gigi, farmasi, microelectronic, nanobiomaterial. Bahan baku yang dapat diproses bervariasi dari logam, MMC, serta material biokompatibel maupun biomaterial. Pengembangan dalam bidang material tetap dituntut dalam memenuhi kebutuhan akan teknologi 3D printing. Sifat mekanik yang diperoleh mendekati sifat mekanik hasil proses pengecoran konvensional tergantung pada pemilihan metode yang tepat. Metode 3D printing diprediksi akan masuk dan digunakan secara luas di Indonesia pada tahun 2030. Pada era pandemik Covid-19, industri manufaktur harus mengatur kembali posisinya agar dapat bersaing dan bertahan. Persiapan untuk menuju ke arah tersebut sudah dapat dilakukan pasca pandemik, dengan alih teknologi industri dari 3.0 menuju ke 4.0. |