Seiring perkembangan teknologi, bagian dari industri manufaktur ikut akan terpengaruh. 3D Printer merupakan salah satu pengembangan yang termasuk Additive Manufacturing (AM) yang sering digunakan untuk menjadi sebuah prototype barang, atau sebagai komponen dalam elektronika. Filament yang terdahulu merupakan Polylactic Acid (PLA) atau Acrylonitrile Butadine Styrene (ABS) memiliki sifat getas. Terdapat alternative material lain adalah silicone rubber berbentuk hydrogel yang memiliki sifat fleksibel. Penelitian dilakukan dengan basis ekstrusi menggunakan syringe pump dengan beberapa variasi dari base yang terdiri dari massa Silicone Rubber 18 gram, Silicone Oil 2,75 gram – 3,25 gram, dan Thins Silicone 4,25 gram – 4,75 gram dan juga pada variasi suhu bed 3D Printer 90°C dan 100°C. Variasi yang dipilih dan dianalsis menghasilkan pengaruh dari kekentalan base serta hasil pencetakannya. Pengkarakterisasian sifat material berdasarkan pengujian tarik sehingga pada variasi silicone oil yang memiliki regangan tertinggi adalah sebesar 103%, pada variasi thins silicone sebesar 113%, dan pada variasi suhu bed 3D Printer didapatkan nilai regangan terbesar yaitu 165%. Pengamatan yang dilakukan pada hasil cetakan adalah pada semua hasil cetakan terdapat pori-pori dan semakin tinggi suhu bed 3D Printer membuat semakin banyak dan besar terdapat pori-pori pada hasil cetakan. |