Latar Belakang: Gangguan kognitif merupakan salah satu masalah kesehatan lansia dan merupakan prediktor mayor kejadian demensia yang masih menjadi permasalahan kesehatan dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial demografi reponden dan penyakit kronis terhadap gangguan kognitif pada lansia di PUSAKA, Kalideres, Jakarta Barat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional yang dilakukan pada 93 responden yang berusia = 60 tahun dari PUSAKA, Kalideres, Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan penilaian gangguan kognitif, dan dilakukan selama 3 bulan (September - November 2019). Variabel dependen yang dianalisis adalah gangguan kognitif (MMSE = 24). Sedangkan, variabel independen yang dianalisis terdiri dari karakteristik sosial demografi, hipertensi (tekanan sistolik = 140 mmHg atau tekanan diastolik = 90 mmHg) dan hiperkolesterolemia (kolesterol total = 200 mg / dL). Analisis data menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik multivariat. Hasil: Terdapat 93 responden yang berusia = 60 tahun dengan rata-rata usia 67 tahun. Mayoritas responden tidak bekerja (76,3%), memiliki tingkat pendidikan = 9 tahun (74,2%), memiliki hiperkolesterolemia (63,4%), dan menderita gangguan kognitif (53,8%). Berdasarkan hasil analisis, setelah dikontrol oleh variabel lain ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara usia (p = 0,000; RO = 6,817; 95% IK: 2,384 – 19,491), dan tingkat pendidikan (p = 0,024; RO = 4,096; 95% IK: 1,206 – 13,913) terhadap terjadinya gangguan kognitif. Kesimpulan: Usia dan tingkat pendidikan rendah diketahui berperan sebagai faktor risiko dari terjadinya gangguan kognitif. |