Latar Belakang: Kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang umum ditemukan pada populasi dan menjadi penyebab kebutaan tertinggi ketiga di Indonesia setelah katarak dan glaukoma. Jenis dan derajat kelainan refraksi bervariasi di dalam populasi. Sementara astenopia merupakan kumpulan gejala kelelahan mata yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, dimana kelainan refraksi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya astenopia.
Tujuan: Mengetahui hubungan derajat kelainan refraksi dan kejadian astenopia.
Metode: Studi cross sectional dengan total responden sebanyak 79 orang mahasiswa preklinik fakultas kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner terkait kelainan refraksi dan kejadian astenopia yang dialami responden, serta pengukuran visus dilakukan dengan menggunakan aplikasi Peek Acuity®. Analisis data dilakukan dengan uji Chi Square. Hipotesis nol ditolak apabila p < 0,05.
Hasil: Derajat kelainan refraksi pada kelompok responden didapatkan derajat ringan sebesar 31,6%; derajat sedang sebesar 58,2%; dan derajat berat sebesar 10,1%. Kejadian astenopia yang didapatkan pada kelompok responden adalah sebesar 94,9%. Tidak terdapat hubungan signifikan antara derajat kelainan refraksi dan kejadian astenopia (p = 0,709). Kesimpulan: Miopia disertai astigmatisme merupakan jenis kelainan refraksi yang paling banyak ditemukan di kalangan mahasiswa kedokteran preklinik. Derajat kelainan refraksi yang paling banyak adalah derajat sedang. Lebih dari setengah responden mengalami astenopia. Hubungan derajat kelainan refraksi dan kejadian astenopia tidak bermakna secara statistik. |