Latar Belakang: Penuaan merupakan sebuah proses yang dialami semua orang dan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Pada wanita, penuaan menyebabkan penurunan jumlah hormon estrogen dalam tubuh hingga terjadinya menopause. Penurunan estrogen menyebabkan penurunan serat kolagen pada kulit dan memperlambat penyembuhan luka. Beberapa penelitian menyatakan pemberian terapi estrogen dapat meningkatkan sintesis kolagen. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs) merupakan salah satu jenis terapi estrogen. SERMs bersifat lebih selektif dari pilihan terapi estrogen lainnya sehingga menurunkan risiko efek samping terapi. Saat ini terapi SERMs banyak digunakan pada wanita menopause namun belum banyak digunakan pada wanita perimenopause.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian post-test control only. Sebanyak 28 tikus Wistar betina dengan usia perimenopause dan menopause dibagi menjadi 4 kelompok. 14 tikus perimenopause dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan (K1 dan P1) dan 14 tikus menopause dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan (K2 dan P2). Semua tikus diberikan luka insisi pada bagian punggung. Kelompok kontrol diberikan antibiotik topikal dan kelompok perlakuan diberikan gabungan antibiotik topikal dan SERMs Tamoxifen topikal setiap harinya selama 7 hari. Perhitungan kolagen dilakukan dengan melihat preparat histologis.
Hasil: Rata-rata jumlah kolagen pada K1 adalah 54.04%, P1 69.65%, K2 46.83%, dan P2 58.78%. Dilakukan uji statistik One-Way ANOVA dengan nilai P=0.000 (p<0.05). Hasil uji Tukey’s HSD Post Hoc Test menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok.
Kesimpulan: Kelompok perimenopause memiliki jumlah serat kolagen yang lebih tinggi dari kelompok menopause. Pemberian perlakuan SERMs pada kedua kelompok usia meningkatkan jumlah serat kolagen pada luka. Usia tidak mempengaruhi keefektivitasan pemberian SERMs topikal selama 7 hari dalam meningkatkan jumlah serat kolagen pada luka. |