Kebijakan fiskal ekspansioner berupa kebijakan fiskal defisit masih menjadi perdebatan karena adanya perbedaan pandangan mengenai pengaruh defiist anggaran. Pandangan Ricardian Equivalence berpendapat bahwa kebijakan fiskal defisit berdampak netral terhadap konsumsi dan Non Ricardian (Keynesian dan Neoklasikal) berpendapat bahwa ada pengaruh kebijakan defisit anggaran terhadap konsumsi swasta. Kebijakan pemerintah mempengaruhi konsumsi swasta melalui kebijakan fiskal defisit seperti defisit anggaran, pengeluaran pemerintah, pajak dan utang pemerintah. Penelitian ini menganalisis pengaruh defisit fiskal terhadap konsumsi dan melihat keberadaan pandangan Ricardian Equivalence di Indonesia. Model estimasi yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM) melalui pengujian IRF dan VD dengan data time series dari tahun 1980-2018, dengan dummy masa krisis 1998-1999. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan defisit anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap konsumsi swasta, dimana shock defisit fiskal direspon positif oleh konsumsi swasta. Sehingga pandangan Ricardian tidak berlaku di Indonesia dan lebih condong pada pandangan Klasik, Keynesian. Respon positif berlangsung terus menerus dalam jangka panjang secara permanen, dimana 58.42% variasi pembentukan indikator Konsumsi Swasta (pada periode 10), merupakan Defisit Anggaran. Perbedaan masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi tahun 1998-1999 yang diinteraksikan dengan kebijakan fiskal defisit dengan dummy parameter berpengaruh terhadap konsumsi. |