Oleh masyarakat Indonesia, kehadiran anak dipandang sebagai kunci kebahagiaan dalam pernikahan. Pilihan secara suka rela untuk tidak memiliki maupun membesarkan anak atau voluntary childfree bertentangan dengan hal tersebut. Meskipun begitu, ada pasangan suami istri di Indonesia yang tetap memilih untuk menjalani voluntary childfree. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengambilan keputusan pasangan suami istri untuk menjalani voluntary childfree tersebut agar dapat lebih memahami fenomena voluntary childfree di Indonesia. Pengambilan keputusan terdiri dari tiga fase yang terjadi secara simultan, yaitu kesadaran (awareness), analisis (analysis), dan aksi (action). Ada juga faktor yang akan memengaruhi pengambilan keputusan, yaitu preferensi (preferences), kepercayaan (beliefs), emosi (emotion), aksi (action), dan keadaan (circumstances). Pendekatan fenomenologi dengan wawancara dilakukan untuk menggali bagaimana pengalaman sebelum serta setelah menikah terkait dengan pilihan untuk menjalani voluntary childfree dan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan. Wawancara berhasil menggali pengalaman pengambilan keputusan pada kedua pasangan. Pasangan pertama sudah menikah selama tiga tahun dan memutuskan untuk menjalani voluntary childfree dari awal pernikahan. Pasangan kedua telah menikah selama empat belas tahun dan sempat mengubah keputusan dengan hampir memiliki anak sebelum akhirnya benar-benar menjalankan voluntary childfree. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan untuk menjalani voluntary childfree adalah hasil pertimbangan bersama dari berbagai faktor, khususnya dari faktor preferensi pribadi (preferences) dan keadaan lingkungan (circumstances). (circumstances). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keputusan yang diambil berkaitan dengan aspek di luar pasangan itu sendiri. Hal ini membantu memberikan gambaran terhadap fenomena voluntary childfree di Indonesia. Temuan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk penelitian lanjutan terkait fenomena ini. |