Seorang pastor diharapkan untuk dapat selalu ada ketika dibutuhkan oleh umat. Persiapan menjadi seorang pastor cukup panjang dan tidak semua melaluinya sampai selesai. Beberapa penelitian dilakukan terhadap pastor, diakon, atau pun kaum religius dan ditemukan bahwa kepribadian dapat membantu mereka dalam menjalankan tuntutan yang ada dan tetap bahagia. Pada tahun 2019, Paus Fransiskus juga mengeluarkan wacana untuk melakukan evaluasi kepribadian kepada seluruh pastor. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran profil kepribadian para frater (calon pastor) agar dapat memberikan referensi tambahan kepada para pembimbing frater dalam mendampingi dan mempersiapkan mereka. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 82 orang frater di wilayah Keuskupan Agung Jakarta yang sedang berada di tahap S1, Tahun Orientasi Pastoral, dan S2 dengan rentang usia 20-38 tahun (M = 23.44, SD = 3.447). Peneliti menggunakan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah IPIP-BFM-50 yang sudah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Peneliti menggunakan uji statistik deskriptif untuk memperoleh gambaran umum kepribadian, kemudian dilanjutkan dengan ANOVA dan Independent Sample t Test untuk melihat perbedaan antar komunitas imam dan tahapan. Hasil penelitian menemukan bahwa mayoritas frater memiliki skor tergolong sedang untuk semua domain, sehingga bentuk ekspresi perilakunya dapat dilatih agar sesuai dengan kebutuhan umat. Akan tetapi, ada beberapa frater yang memiliki skor ekstrim rendah pada Emotional Stability (3.7%), sehingga menunjukkan potensi yang tinggi untuk rentan pada stres dan emosi negatif. Para pembimbing mungkin dapat mengajarkan keterampilan mengelola emosi kepada para frater agar mereka tidak mudah mengalami burnout. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tiap komunitas imam, tetapi ada perbedaan yang signifikan pada Agreeableness berdasarkan tahapan persiapan yang sedang dijalani para frater. |