Lanjut usia (lansia) berada di tahapan akhir kehidupan manusia yang ditunjukkan dengan proses penuaan diri. Penuaan tersebut menimbulkan gangguan pada aspek kehidupan lansia sehingga lansia tidak mampu beraktivitas seorang diri. Maka dari itu, lansia idealnya tinggal satu rumah dengan keluarga atau anak untuk bertahan hidup. Namun, sebagian lansia memilih untuk tinggal seorang diri, dimana kondisi tersebut akan menimbulkan perasaan kesepian, tidak bahagia, kurangnya dukungan sosial dari orang lain. Hal tersebut mampu membuat lansia tidak dapat menerima dirinya. Sheerer (dalam Priadana & Sukianti, 2019) menyatakan tujuh aspek yang ditunjukkan dalam penerimaan diri, yaitu perasaan sederajat dengan individu lain, percaya dengan kemampuan diri, bertanggung jawab, berorientasi keluar diri, berpendirian, menyadari keterbatasan, dan menerima sifat kemanusiaan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran penerimaan diri duda dan janda lanjut usia yang tinggal seorang diri di Kota Bogor, serta faktor apa saja yang memengaruhi penerimaan diri mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam kepada empat partisipan (dua duda dan dua janda) lansia yang tinggal seorang diri di Kota Bogor dengan rentang usia 60-70 tahun. Wawancara triangulasi juga dilakukan dengan empat orang significant other (satu orang dari masing-masing partisipan utama). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua lansia mampu menerima dirinya dengan baik dengan memenuhi ketujuh aspek, sedangkan dua lansia lainnya kurang mampu menerima dirinya karena hanya memenuhi enam aspek penerimaan diri. Penerimaan diri keempat lansia tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana ketidak berhasilan diri meraih impian atau harapan, kurangnya dukungan sosial dari anak, dan kondisi ekonomi yang lemah membuat dua partisipan kurang menerima dirinya. Faktor lainnya yang mampu meningkatkan penerimaan diri, yaitu faktor pemahaman diri yang baik, nilai religiusitas, dan sikap masyarakat yang mendukung. |