Diskriminasi gender terjadi ketika individu menerima perlakuan negatif berdasarkan jenis kelaminnya yang dilakukan baik oleh atasan, rekan kerja, maupun dalam bentuk aturan-aturan di perusahaan. Diskriminasi gender di tempat kerja, yang kebanyakan terjadi pada pekerja perempuan, muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari marjinalisasi, subordinasi, stereotip, dan beban kerja. Individu akan melakukan proses selektif dan kategorisasi dari pengalaman tersebut, yang menghasilkan persepsi diskriminasi gender. Setelah perempuan mempersepsikan pengalamannya sebagai diskriminasi gender, maka hal tersebut dapat memengaruhi kondisi kesehatan mental buruh pabrik perempuan khususnya kondisi psychological well-being. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif untuk melihat hubungan antara persepsi diskriminasi gender di tempat kerja dengan psychological well-being buruh pabrik perempuan di PT X. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling yang diseleksi dari pabrik PT X dengan kriteria buruh perempuan berusia di atas 18 tahun dengan pendidikan terakhir minimal SMP. Sebanyak 40 buruh perempuan berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara online maupun offline. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Persepsi Diskriminasi Gender dan Skala Psychological Well-Being. Data diolah dengan metode korelasi Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara persepsi diskriminasi gender di tempat kerja dan psychological well-being buruh pabrik perempuan di PT X. Kategorisasi persepsi diskriminasi gender menunjukkan 26 partisipan berada pada kategorisasi rendah, 12 partisipan berada pada kategorisasi sedang, dan 2 partisipan berada pada kategorisasi tinggi. Selain itu, marjinalisasi merupakan bentuk diskriminasi gender yang paling banyak dipersepsikan oleh partisipan. Hasil analisa tambahan menunjukkan jabatan di pekerjaan dan pendidikan terakhir memengaruhi psychological well-being partisipan. Penelitian selanjutnya mengenai persepsi diskriminasi gender dapat mengaitkan dengan topik lain seperti self-concept dan coping strategies. Selain itu, menentukan rentang usia sampel di bawah 30 tahun dan menyusun alat ukur sesuai karakteristik sampel. |