Forum Betawi Rempug (FBR) adalah organisasi masyarakat Betawi dan wadah dari perjuangan masyarakat Betawi untuk memperjuangkan ketidakadilan dan beberapa hak yang selama ini tertindas. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa FBR memiliki tujuan organisasi yang positif, namun pada kenyataannya seringkali muncul anggapan-anggapan negatif dari masyarakat umum mengenai FBR karena adanya pengalaman kurang baik dirasakan oleh masyarakat terhadap FB. Dari hal tersebut, terdapat hal yang tidak sejalan antara tujuan organisasi dan perilaku anggota di lapangan. Diduga penyebab ketidaksesuaian antara tujuan FBR dengan perilaku anggota di lapangan terjadi karena anggota tidak paham identitas sosialnya sebagai bagian dari organisasi FBR dan belum menjalankan visi/misi serta aturan yang berlaku dalam organisasi FBR. Identitas sosial adalah pengetahuan individu bahwa ia milik kelompok sosial tertentu bersama-sama dengan nilai dan emosi-emosi yang melekat dalam diri individu sebagai anggotanya. Pemahaman anggota FBR terhadap identitas sosialnya dapat dilihat dari interaksi komponen identitas sosial (kognitif, evaluatif, afektif) dan motif memperoleh identitas sosial (pemikiran positif dan self-enhancement, uncertainty reduction,optimal distinctiveness). Penelitian ini ingin melihat gambaran identitas sosial pada anggota Forum Betawi Rempug yang seringkali melakukan pelanggaran.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara semi terstruktur. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jenis homogenous. Kedua partisipan merupakan anggota aktif Organisasi Forum Betawi Rempug, pernah melakukan pelanggaran, dan memiliki jabatan sebagai anggota gardu. Peneliti mendapatkan kedua partisipan dengan bantuan dari ketua garduyang menjadi contact person peneliti. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua partisipan memiliki ketiga komponen identitas sosial (kognitif, evaluatif, dan afektif) dalam dirinya. Pemikiran positif dan self-enhancement serta uncertainty reduction menjadi motivasi yang paling menonjol dalam diri partisipan. Kedua partisipan cenderung memiliki perasaan suka berlebih terhadap kelompok sehingga selalu membela organisasi FBR dan anggota lainnya dalam keadaan benar atau salah, merasakan lemahnya monitoring dan kontrol pengurus terhadap gardu sehingga anggota yang melakukan pelanggaran tidak mendapat teguran dan teladan yang baik dari pengurus. |