Gejala psikosomatik adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengungkapkan emosinya sehingga tubuh bereaksi melalui fisik. Salah satu faktor yang mempengaruhi gejala psikosomatik adalah stres. Penyebab munculnya stres, pada setiap orang dapat berbeda-beda tergantung dari pengalaman, kepribadian, dan juga tuntunan hidup. Kegelisahan muncul sebagai respon biologis terhadap pengalaman stres atau trauma. Pada saat mengalami stres, flight or flight response muncul untuk menghadapi ancaman. Apabila flight or flight response ini tidak dapat bekerja dengan baik, maka akan muncul ketegangan otot. Tremor adalah cara untuk melepaskan ketegangan otot dalam tubuh. Tension Release Exercise (TRE) merupakan salah satu teknik alternatif yang dikatakan dapat mengurangi gejala psikosomatik, stres, dan trauma melalui teknik shaking dan mindfulnes. Kebanyakan anggota TRE di Jakarta mengalami gejala psikosomatik sebagai alasan awal mengikuti TRE. Seseorang melakukan shaking satu hari sekali dikatakan ideal dalam pengurangi gejala psikosomatik, stres, dan trauma. Belum terdapat penelitian mengenai TRE terhadap gejala psikosomatik di Indonesia. Maka dari itu peneliti bertujuan untuk melihat gambaran keparahan gejala psikosomatik pada anggota TRE di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk melihat gambaran keparahan gejala psikosomatik dan frekuensi melakukan shaking. Keparahan gejala psikosomatik diukur dengan menggunakan Patient Health Questionnaire (PHQ)-15. Frekuensi melakukan shaking didapat dari jawaban partisipan yang kemudian dikelompokkan oleh peneliti. Hasil PHQ-15 menunjukkan bahwa anggota TRE terbanyak berada di kategori low sebanyak 47 %. Frekuensi melakukan shaking terbanyak adalah ketika terjadi keluhan saja baru melakukan shaking sebanyak 35 % . Hasil dari korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi melakukan shaking dengan keparahan gejala psikosomatik r = 0.006, n = 75, p > 0.005, two tailed. Selain itu juga peneliti melakukan analisis terhadap data tambahan terkait TRE. |