Anda belum login :: 23 Nov 2024 10:20 WIB
Detail
BukuProses Pembentukan Konsep Diri Positif Individu yang Orangtuanya Bercerai pada Masa Remaja
Bibliografi
Author: ARJADI, RETHA (Advisor); Lubis, Hinggista Carolin
Topik: konsep diri; remaja; perceraian orangtua
Bahasa: (ID )    
Penerbit: Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya     Tempat Terbit: Jakarta    Tahun Terbit: 2020    
Jenis: Theses - Undergraduate Thesis - Abstract of Undergraduate Thesis
Fulltext: Hinggista Carolin Lubis_undergraduatethesis_2020.pdf (686.33KB; 48 download)
Abstract
Perceraian orangtua mengakibatkan dampak positif dan negatif bagi seseorang, terutama ketika remaja karena masa remaja adalah masa pembentukan konsep diri. Apabila remaja mempunyai konsep diri yang negatif, maka remaja akan membuat evaluasi diri yang buruk dan menjadikan gambaran diri seseorang menjadi buruk. Sebaliknya, remaja yang mempunyai konsep diri positif membuat evaluasi diri remaja menjadi positif terhadap dirinya setelah melewati berbagai pengalaman. Oleh karena itu, penting bagi seorang remaja mempunyai konsep diri yang positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan konsep diri positif individu yang orangtuanya bercerai pada masa remaja. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naratif. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur. Partisipan penelitian berjumlah tiga orang dengan kriteria dewasa awal berusia 18-25 tahun yang memiliki konsep diri positif dan mengalami perceraian orangtua ketika remaja dengan rentan usia 13-18 tahun. Peneliti memastikan partisipan memiliki konsep diri positif dengan memberikan alat ukur konsep diri Tennessee Self Concept Scale (TSCS). Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa setiap partisipan mengalami proses pembentukan konsep diri yang beragam hingga pada akhirnya bisa mencapai konsep diri positif walaupun mengalami perceraian orangtua pada masa remaja. Pada dimensi pertama knowledge (pengetahuan), ketiga partisipan mengetahui dan mengenal tentang dirinya. Hal ini terlihat dari cara ketiganya menceritakan latar belakang, sifat, serta hal-hal menarik tentang diri mereka. Pada dimensi kedua expectations (harapan), ketiga partisipan mempunyai ideal self yang terbentuk dari gambaran diri dan evaluasi yang diterima partisipan. Ideal self tersebut terlihat dari proses ketiga partisipan mengidolakan seseorang, cita-cita, dan moto hidup yang pada akhirnya membentuk standar diri. Pada dimensi ketiga evaluation (evaluasi), ketiga partisipan mampu memberikan penilaian berupa apresiasi maupun kritikan untuk diri sendiri dan menerima penilaian berupa apresiasi maupun kritikan dari orang lain. Penilaian yang diterima menghasilkan self esteem yang tinggi pada ketiga partisipan. Titik balik dialami ketiga partisipan pada rentan usia 17-19 tahun. Titik balik yang dialami ketiga partisipan berkaitan erat dengan perceraian orangtua yang mereka alami ketika remaja.
Opini AndaKlik untuk menuliskan opini Anda tentang koleksi ini!

Lihat Sejarah Pengadaan  Konversi Metadata   Kembali
design
 
Process time: 0.171875 second(s)