Resiliensi adalah suatu proses adaptasi individu yang memungkinkan ia untuk menghadapi dan mengatasi stresor yang dimiliki, mampu bangkit dari keterpurukan, mengubah cara hidup, mengatasi efek negatif dari suatu peristiwa, serta mampu untuk pulih, bahagia, dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan lebih menghargai kehidupan. Pencapaian resiliensi harus melalui empat proses yang adalah mengalah, bertahan, pemulihan, dan berkembang pesat. Ketika individu memiliki kakak kandung dengan down syndrome, ia perlu beradaptasi dengan kondisi kakaknya, dikarenakan jika ia tidak bisa menerima kondisi kakak, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang penuh dengan emosi negatif seperti rasa malu, marah, dan kecewa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana proses resiliensi dalam sibling relationship pada remaja perempuan yang memiliki kakak kandung dengan down syndrome. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menggunakan wawancara semiterstruktur. Wawancara dilakukan untuk memperoleh gambaran secara mendalam mengenai proses resiliensi adik remaja yang memiliki kakak kandung dengan down syndrome. Ketiga narasumber adalah adik remaja yang memiliki kakak kandung dengan down syndrome. Data triangulasi diperoleh melalui wawancara dengan ibu kandung narasumber. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk kredibilitas sekaligus melengkapi data dari narasumber utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan narasumber mampu melewati proses resiliensi hingga dapat menerima kondisi kakak. Namun terkadang masih muncul perasaan negatif kepada kakak meskipun sudah sangat jarang. Lamanya proses resiliensi yang dialami oleh tiap narasumber berbeda – beda dan berkaitan dengan lingkunga sosial mereka. Ketika lingkungan sosial mampu menerima kondisi kakak, narasumber juga dapat dengan cepat menerima kondisi kakak dan sebaliknya. |