Perkawinan tidak akan terhindar dari konflik, sehingga adanya gaya manajemen konflik. Menurut Thomas dan Kilmann (1977) gaya manajemen konflik memiliki lima gaya yang terbagi berdasarkan dimensi assertive dan cooperative yaitu competing, collaborating, compromising, avoiding, accommodating. Kelima gaya ini dapat digunakan untuk menghadapi konflik, namun ketika gaya manajemen konfik yang digunakan cenderung tidak adaptif terhadap situasi konflik dapat menyebabkan dampak negatif salah satunya yaitu stres (Lovibond & Lovibond, 1995). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran gaya manajemen konflik dan tingkat stres yang dimiliki oleh istri. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif dengan jumlah sample sebanyak 121 partisipan. Partisipan dipilih berdasarkan metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah istri berusia 20-35 tahun (M=26,9; SD=3,05), bekerja, usia perkawinan 1-5 tahun (M=2,36;SD=1,48), tinggal di rumah mertua, domisili JABODETABEK. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang sudah diadaptasi ke bahasa Indonesia, alat ukur pertama yaitu Thomas Kilmann Inventory yang diadaptasi oleh Sakti (2014) dengan validitas sebesar 0,70 dan reliabilitas sebesar 0,75 lalu alat ukur kedua yaitu DASS 42-S yang diadaptasi oleh Damanik (2006) dengan validitas sebesar 0,60 dan reliabilitas sebesar 0,88. Hasil analisis data deskriptif dari 121 partisipan menunjukkan sebanyak 40 orang cenderung menggunakan gaya manajemen konflik accommodating (26%) dan 46 orang cenderung merasakan tingkat stres sedang (38%). Hasil analisis dari Crosstab didapatkan bahwa dari 121 istri bekerja yang menggunakan gaya competing terdapat sebanyak 5 orang memiliki tingkat stres sedang (45,5%) dan 5 orang stres berat (45,5%), untuk gaya collaborating sebanyak 14 orang memiliki tingkat stres sedang (48,3%), untuk gaya compromising sebanyak 8 orang memiliki tingkat stres normal (28,6%) dan 8 orang memiliki stres sedang (28,6%), untuk gaya avoiding ebanyak 6 orang memiliki tingkat stres sedang (46,2%), untuk gaya accommodating sebanyak 13 orang memiliki tingkat stres sedang (35,2%) dan 13 orang memiliki stres berat (35,2%). |