Kematian pasangan merupakan peristiwa khusus yang membawa peran dan tanggung jawab baru bagi individu yang ditinggalkan. Peran sebagai ayah sekaligus ibu pada orang tua tunggal dapat memberikan dampak psikologis, sosial, dan fisik pada diri individu orang tua tunggal, baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kecerdasan emosi (emotional intelligence/EI) sebagai salah satu kompetensi psikologis individu yang dinilai penting dalam menghadapi segala permasalahan dan tuntutan peran sebagai orang tua tunggal. Partisipan penelitian ini adalah 26 orang ibu tunggal (janda) dan 4 orang ayah tunggal (duda), berusia 27-50 tahun, memiliki anak berusia 5-17 tahun, dan berdomisili di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat. Teknik analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran tentang level total EI, 5 skala, dan 15 sub-skala EI yang diukur dengan menggunakan BarOn Emotional Quotient-Inventory (EQ-i) versi Bahasa Indonesia. Peneliti menemukan bahwa secara umum partisipan ayah dan ibu tunggal memiliki EI yang berada pada level rata-rata. Secara lebih khusus, seluruh partisipan memiliki kemampuan yang memadai dalam hal stress-management, khususnya stress tolerance. Namun demikian, seluruh partisipan tampak kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam aspek general mood. Hasil tersebut menunjukkan bahwa status sebagai orang tua tunggal cukup berperan dalam bagaimana mereka dapat merasa bahagia dan optimis dalam menjalani kehidupan. Namun demikian, ayah dan ibu tunggal dalam penelitian ini mampu untuk mengelola stress kesehariannya dengan relatif baik. Penelitian serupa dapat dilakukan agar memperoleh data yang bisa mewakili populasi orang tua tunggal. |