Latar Belakang: Indonesia sebagai negara beriklim tropis rentan terkena berbagai penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Salah satunya adalah nyamuk Aedes aegypti, yang merupakan vektor pembawa beberapa virus yang dapat menyebabkan penyakit zika, demam berdarah dengue, chikungunya dan lainnya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas nyamuk ini, salah satunya adalah dengan pengasapan. Namun cara ini hanya dapat memberantas nyamuk dewasa, selain itu asapnya juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Maka dari itu berbagai tanaman herbal mulai digunakan sebagai biolarvasida, antara lain tanaman kemangi (Ocimum basilicum). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan membandingkan efek letal antar konsentrasi dan waktu. Sampel penelitian ini adalah larva A.aegypti instar IV sebanyak 10 ekor per konsentrasi. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali. Konsentrasi ekstrak daun O.basilicum yang digunakan adalah 0,4%, 0,7%, 1,0%, 1,5%, dan 2,0%, yang kemudian diamati efek letal yang timbul pada larva pada 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 9 jam, 12 jam, 15 jam, 18 jam, 21 jam, dan 24 jam setelah pemaparan. Hasil: Dengan uji one way ANOVA didapatkan hasil p=0,012 (p<0,05), yaitu terdapat perbedaan efek letal terhadap konsentrasi yang signifikan. Selain itu juga efek letal yang dilihat setiap satu jam selama enam jam pertama menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, yaitu p=0,000 (p<0,05), menggunakan uji Friedman. Kesimpulan: Ekstrak daun kemangi (O.basilicum) memiliki potensi sebagai biolarvasida alternatif terhadap larva A.aegypti. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu pemaparan, dapat meningkatkan efek letal terhadap larva nyamuk A.aegypti instar IV. |