Latar Belakang: Salah satu faktor risiko diabetes adalah obesitas. ABSI dan IMT dapat digunakan untuk mengetahui jika seseorang mengalami obesitas dan dapat menjadi prediktor diabetes. Umumnya, karyawan di perkotaan memiliki aktivitas fisik kurang yang merupakan penyebab obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ABSI dan IMT terhadap kadar gula darah.
Metode: Studi potong lintang yang dilakukan pada 65 karyawan universitas swasta. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran lingkar pinggang, tinggi dan berat badan, kadar gula darah sewaktu, serta menggunakan kuesioner aktivitas fisik internasional. Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil: Rerata kadar gula darah pada responden adalah 116.23 mg/dl. Sebagian besar responden tergolong dalam kategori obesitas (73.9%) dan memiliki ABSI risiko tinggi (60%). Berdasarkan analisis bivariat, tidak terdapat hubungan ABSI terhadap kadar gula darah (p = 0.05) dan juga tidak terdapat hubungan IMT terhadap kadar gula darah pada karyawan perkantoran di Jakarta secara kategorik (p = 0.583). Dengan uji regresi linear, ditemukan hubungan signifikan IMT dan kadar gula darah secara numerik (p = 0.006).
Kesimpulan: Pada penelitian ini, tidak terdapat hubungan ABSI dan IMT terhadap kadar gula darah pada karyawan perkantoran di Jakarta secara statistik. Tetapi secara numerik, menunjukkan bahwa responden dengan ABSI dan IMT yang tinggi cenderung memiliki kadar gula darah yang meningkat. |