Latar Belakang: Demam dengue merupakan penyakit endemis yang terdapat di Indonesia dengan vektor nyamuk Aedes aegypti yang disebabkan oleh Flavivirus. Infeksi Flavivirus dapat menyebabkan komplikasi demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue dengan sekitar 20.000 kematian setiap tahunnya. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan mengendalikan vektor dengan insektisida dibuat dengan menggunakan bahan sintetis maupun alamiah, misalnya bunga krisan aster putih (Chrysanthemum cinerariaefolium¬). Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang membandingkan konsentrasi dan waktu terhadap efek letal. Sampel penelitian ini adalah nyamuk dewasa A. aegypti sebanyak 10 ekor per uji. Penelitian dilakukan sebanyak satu kali. Konsentrasi ekstrak bunga C. cinerariaefolium yang digunakan adalah 0,4%, 0,5%, dan 0,6% yang didapat dari maserasi. Efek letal diamati pada waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, 6 jam, 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Hasil: Dengan uji non parametrik Kruskall-Wallis, peroleh nilai p=0,000 (p<0,05), yaitu terdapat rata-rata efek letal yang disebabkan oleh ketiga konsentrasi berbeda dengan hasil signifikan. Uji non parametrik Friedman diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), yang berarti terdapat perbedaan signifikan efek letal terhadap waktu pemaparan ekstrak C. cinerariaefolium pada nyamuk A. aegypti Kesimpulan: Ekstrak bunga krisan aster putih (C. cinerariaefolium) dapat digunakan sebagai bioinsektisida terhadap nyamuk A. aegypti. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu pemaparan, semakin tinggi pula efek letal terhadap nyamuk A. aegypti. |