Latar Belakang:Struktur kependudukanIndonesia saat ini sedang mengalami perubahan akibat dari angka harapan hidup yang meningkat sehingga jumlah populasi lansia kian terus bertambah. Lansia dapat mengalami gangguan kognitif, termasuk fungsi visuospasial yang merupakan salah satu fungsi otak dalam mengolah informasi mengenai orientasi dan ruang.Senam otak dan senam Poco-poco merupakan salah satu terapi yang dapat mencegah dan meningkatkan fungsi visuospasial lansia.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pengaruh senam otak dan senam Poco-poco terhadap fungsi visuospasial populasi lansia di Pusat Santunan Keluarga.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan quasi experimental pre dan posttest. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur fungsi visuospasialadalah clock drawing test (CDT).Responden adalah 60 lansia yang terbagi ke dalam 2 kelompok intervensi, 30 lansia yang melakukan senam otak dan 30 lansia yang melakukan senam Poco-poco di dua Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) yang berbeda.Intervensi diberikan sebanyak tiga kali seminggu selama 30 menit dalam empat minggu.Analisis perbedaan pengaruh senam otak dan senam Poco-poco terhadap perubahan hasil nilai CDT menggunakan uji Mann Whitney-U.
Hasil: Responden penelitian sebanyak 60 lansia yang mayoritas berusia 60-69 tahun (n=44), berjenis kelamin perempuan (n=53), dan memiliki gangguan kognitif berdasarkan pemeriksaan MoCA-Ina (n=56).Peningkatanreratahasil nilaiCDT sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok senam otak sebesar 2,2 dan nilai P=0,000. Peningkatanreratahasil nilai CDTsebelum dan sesudah intervensi pada kelompok senam Poco-poco sebesar 1,3 dan nilai P=0,000.Nilai Ppada perbedaan peningkatan reratahasil nilai CDT kelompok intervensi senam otak dan senam Poco-poco sebesar 0,312.
Kesimpulan: Senam otak dan senam Poco-poco dapat meningkatkan fungsi visuospasial tetapi tidak terdapat perbedaan pengaruh senam otak dan senam Poco-poco terhadap fungsi visuospasiallansia. |