Remaja memiliki berbagai permasalahan dalam kehidupannya termasuk remaja yang tinggal di panti asuhan dengan berbagai alasan keberadaan mereka di panti asuhan. Situasi ini dapat mengakibatkan mereka menarik diri dari lingkungan, memandang tantangan terasa berat, dan kurang menerima apa yang diberikan dari lingkungan terutama terjadi remaja perempuan. Ketika tinggal di panti asuhan tentu remaja perempuan akan menghadapi masalah diri sendiri seperti merasa pasrah karena kurangnya perhatian yang lebih dari orang terdekat. Selain itu, masalah dari lingkungan sekitarnya terutama panti asuhan menjadi salah satu masalah bagi mereka untuk terbuka dan menjalin hubungan pada lingkungan masyarakat terutama setelah meninggalkan panti. Berdasarkan dari keadaan tersebut tentu terdapat juga remaja perempuan yang mampu mengubah konsekuensi negatif tersebut menjadi suatu tantangan untuk bisa bangkit dan mengembangakan dirinya kearah yang positif. Maka dari itu, pada penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor resiliensi remaja perempuan yang tinggal di panti asuhan dengan ditinjau dari teori Grotberg berdasarkan tiga faktor individu (faktor I Am dan I Can) dan faktor lingkungan (I Have). Pada penelitian ini, menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Sesuai dengan fenomena yang dialami remaja perempuan yang tinggal di panti asuhan dengan jumlah partisipan tiga dan minimal sudah satu tahun tinggal di panti asuhan. Dalam proses pengambilan data menggunakan wawancara semi terstruktur. Teknik pemilihan partisipan menggunakan purposeful sampling dengan jenis homogeneus sampling. Hasil dari penilitian menunjukkan bahwa faktor I Have (dukungan lingkungan) dan I Am (kekuatan diri) dan faktor I Can (sosial dan interpersonal) saling berhubungan satu sama lain, karena saat tinggal di panti asuhan mereka mendapat dukungan dan bantuan dari lingkungan sekitar yang bisa menjadi kekuatan diri untuk belajar dan menentukan tujuan hidup di masa depan. Pada faktor I Can terlihat bahwa beberapa remaja perempuan masih memiliki emosi yang tinggi namun tidak seperti dahulu yang kurang bisa dikendalikan. Sehingga, dapat dikatakan setiap faktor memiliki keterkaitan satu sama yang lain. |