Bullying pada tingkat SMA memiliki karakteristik yang unik dan biasa dilakukan tersembunyi sehingga sulit untuk dilakukan intervensi secara langsung. Dampak yang dirasakan penyintas bullying menunjukkan adanya gejala-gejala gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), seperti menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan reaksi maladaptif yang berkelanjutan meskipun kejadian bullying sudah berakhir. Kejadian traumatik yang berulang-ulang dapat mengganggu rasa kepercayaan individu terhadap diri sendiri, orang lain, dan juga dunia, serta dapat mempengaruhi di tahap perkembangan individu selanjutnya. Namun, penyintas bullying juga bisa mengalami posttraumatic growth (PTG) dari kejadian traumatis yang pernah dialaminya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses posttraumatic growth pada dewasa awal yang pernah mengalami bullying saat remaja akhir. Penelitian menggunakan metode kualitatif dalam bentuk wawancara. Wawancara dilakukan untuk menggali proses dalam mencapai posttraumatic growth yang dilalui individu dewasa awal dalam menghadapi kejadian krisis bullying saat remaja akhir. Ketiga partisipan adalah individu dewasa awal berusia diantara 20-40 tahun, merupakan penyintas bullying di sekolah ketika berusia 16-19 tahun dan terjadi pada masa SMA, mengalami krisis atau merasakan distress dari perilaku bullying yang didapatkan, dan telah mengisi alat tes Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Alat tes PTGI digunakan untuk mencari partisipan dengan skor alat ukur tertinggi dengan asumsi bahwa partisipan telah mencapai posttraumatic growth. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketiga partisipan telah melewati proses PTG yang terdiri dari masa sebelum trauma, saat trauma terjadi, dan setelah trauma berlalu. Beberapa tahapan PTG yang telah dilewati diantaranya yaitu, tantangan dari peristiwa traumatis, enduring distress, ruminasi negatif, dukungan sosial, sampai pada perkembangan narasi dan tercapainya PTG. Ditemukan beberapa faktor pendukung yang berperan penting dalam terbentuknya PTG dalam diri ketiga partisipan adalah karakter diri yang optimis, tidak mudah menyerah untuk berjuang dalam melewati masa sulit, faktor spiritual, dukungan orang-orang terdekat, dan perenungan yang dilakukan partisipan dalam menemukan makna dibalik kejadian krisis yang pernah menimpanya. |