Latar Belakang: Jumlah populasi lansia di dunia terus meningkat. Semakin meningkatnya jumlah lansia, maka semakin banyak pula penyakit yang dapat dialami lansia, salah satunya depresi. Terdapat banyak faktor yang sering dikaitkan dengan kejadian depresi, salah satunya adalah interaksi sosial.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Responden adalah lansia di Pusaka Jakarta Barat. Variabel independen penelitian ini adalah interaksi sosial dan karakteristik demografi. Variabel dependen adalah tingkat depresi lansia. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan metode uji kai kuadrat.Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program SPSS 22.0 dengan menggunakan uji chi-square.
Hasil: Pada penelitian ini terdapat 101 lansia dengan 19,8% responden mengalami gangguan depresi. Diantaranya, 13,9% responden mengalami depresi ringan, 4% mengalami depresi sedang, dan 2% mengalami depresi berat. Tidak terdapat hubungan antara interaksi sosial (p = 0,140) dan karakteristik demografi lansia (usia (p = 0,178), jenis kelamin (p = 0,752), status pernikahan (p = 0,107), dan tingkat pendidikan (p = 0,774)) dengan gangguan depresi.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara interaksi sosial dan berbagai karakteristik demografi dengan gangguan depresi. |