Latar Belakang: Penurunan fungsi kognitif merupakan proses degeneratif yang umum terjadi pada lansia. Seiring bertambahnya usia, seseorang cenderung mengurangi aktivitas fisik serta mengalami penurunan fungsi fisik, sehingga penting untuk mengetahui peranan aktivitas dan fungsi fisik terhadap fungsi kognitif pada lansia.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada bulan Oktober-November 2018 di PUSAKA Meruya Jakarta Barat dengan jumlah 101 responden yang berusia = 60 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan keseimbangan menggunakan Berg Balance Scale, pemeriksaan TUG dengan TUG test dan handgrip menggunakan dinamometer, serta pengisian kuesioner 24 hour Recall, kuesioner ADL, kuesioner Mini Mental Statement Examination (MMSE), Verbal Fluency Test, Word List Memory Immediate Recall (WLM IR), tes visuokonstruksi, Boston Naming Test (BNT), dan rekam medis. Analisis pada penelitian ini menggunakkan uji analisis Chi-squared dan uji regresi logistik.
Hasil: Tingkat pendidikan (p=0.022) memiliki hubungan terhadap fungsi eksekutif, tingkat pendidikan (p=0.003) dan disabilitas (p=0.029) memiliki hubungan terhadap fungsi naming, tingkat pendidikan (p=0.045) dan aktivitas fisik (p=0.011) memiliki hubungan terhadap fungsi visuospasial. Selain itu, disabilitas merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi global (p-value = 0.027; OR = 5.717; 95% CI = 1.111 – 29.421), aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi visuospasial (p-value = 0.016; OR = 4.590; 95% CI = 0.518 – 2.761), dan tingkat pendidikan merupakan faktor protektif pada fungsi eksekutif (p-value = 0.039; OR = 0.322; 95% CI = 0.110 – 0.946) maupun fungsi naming (p-value = 0.002; OR = 0.174; 95% CI = 0.057 – 0.531).
Kesimpulan: Status demografi, aktivitas fisik dan fungsi fisik memiliki hubungan yang signifikan terhadap berbagai domain fungsi kognitif. |