Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menempatkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah reguler, pada hal ini guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam pendidikan inklusi, sekolah harus mampu mengakomodasi semua peserta didik tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, linguistik, termasuk mencakup peserta didik yang mengalami ketunaan maupun yang berbakat. Tunagrahita merupakan kondisi perkembangan seseorang yang mengalami keterhambatan dalam intelektual atau kecerdasannya, sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Seseorang yang tunagrahita selalu memiliki mental age yang lebih rendah daripada cronology age yang dimilikinya. Matematika merupakan mata pelajaran yang mencakup dasar-dasar penghitungan, pengukuran, dan penggambaran objek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar matematika penjumlahan bagi anak tunagrahita kelas III B SDN Jatimekar I Bekasi. Subjek penelitian adalah guru wali kelas III-B dan peserta didik tunagrahita di kelas III-B yang berjumlah tiga orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, hasil dianalisis dengan menggunakan triangulasi data. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil penelitian: 1. Peserta didik tunagrahita membutuhkan bimbingan khusus di setiap kegiatannya, bimbingan khusus tersebut sangat berpengaruh dalam keberhasilan yang akan diperoleh bagi peserta didik tunagrahita tersebut. 2. Terjadi perubahan peningkatan hasil belajar peserta didik tunagrahita, yaitu satu dari tiga peserta didik tunagrahita saat peserta didik tunagrahita dibimbing terus menerus secara khusus. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan adanya pelatihan guru di sekolah inklusi untuk dapat memberikan bimbingan yang tepat bagi para peserta didik berkebutuhan khsusus sesuai dengan karakteristiknya. |