Sejumlah hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh authoritative adalah pola asuh “ideal”, sedangkan pola asuh otoriter dianggap buruk karena berdampak negatif bagi perkembangan anak di Amerika dan Eropa. Pola asuh etnis Tionghoa dinilai otoriter bila dilihat dari perspektif budaya individualis, namun berdampak baik bagi prestasi akademik anak yang melampaui etnis lain. Penelitian lain menjelaskan bahwa nilai guan dan jiao xun menjadi landasan yang lebih tepat untuk menggambarkan pola asuh dalam budaya kolektif. Di Tiongkok, penerapan guan dan jiao xun berubah seiringan dengan globalisasi. Bagaimana dengan etnis Tionghoa di Jakarta? Penelitian ini dilakukan guna mendapat gambaran penerapan nilai guan dan jiao xun pada pola asuh etnis Tionghoa di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengambilan data dilakukan melalui wawancara semi-struktural. Karakteristik partisipan mencakup sepasang orang tua, beretnis Tionghoa, tinggal bersama anak minimal selama 18 tahun, dan berdomisili di Jakarta. Jumlah partisipan adalah tiga pasang orang tua. Hasil wawancara di-coding kemudian dianalisis secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh ketiga partisipan berimbang dalam aspek akomodasi dan kontrol. Guan pada ketiga partisipan ditunjukkan melalui dimensi protection, directiveness, dan warmth. Jiao xun pada ketiga partisipan ditunjukan melalui dimensi encouragement of modesty dan shaming. Perbedaan yang terjadi dipengaruhi oleh faktor gender, kondisi ekonomi, usia dan pengalaman partisipan, serta ekspektasi sosial. Keterlibatan pihak ayah dan ibu seimbang dalam mengasuh, walaupun ada faktor yang dapat mendorong dominasi salah satu pihak. |