Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada waria yang bekerja sebagai PSK. Masyarakat sudah membagi peran gender sesuai dengan norma, adat, kepercayaan sehingga dianggap sebagai ketentuan Tuhan yang tidak dapat diubah. Waria hadir sebagai sosok yang dianggap “melenceng” dari peran gender yang diharapkan masyarakat sehingga mendapat sanksi yang serius, yaitu adanya stigmatisasi dan diskriminasi yang berpengaruh terhadap perubahan psychological well-being. Hal yang sama juga dirasakan PSK yang kerap kali memiliki banyak masalah psikologis, fisik, kesehatan sosial dan bahkan kekerasan. Dengan demikian penelitian ini akan berfokus pada gambaran psychological well-being pada waria yang bekerja sebagai PSK. Penelitian ini menggunakan teori Ryff (1995) mengenai psychological well- being yang memiliki enam dimensi yaitu, penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan purposive sampling. Partisipan dalam penelitian ini melibatkan tiga waria dewasa muda yang bekerja sebagai PSK. Penelitian ini juga melakukan metode triangulasi yang bertujuan untuk memperkuat data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa psychological well-being tiga partisipan mengarah ke positif. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga terlihat bahwa dimensi penerimaan diri memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan psychological well-being seseorang. Dukungan yang diberikan oleh significant others, terutama komunitas yang memiliki background yang sama, juga memberikan andil dalam pembentukan psychological well-being para waria yang bekerja sebagai PSK. |