| Pada masa usia dewasa awal, perempuan umumnya mulai menjalin hubungan romantis untuk mempersiapkan diri nantinya di kehidupan berkeluarga. Memiliki sebuah relasi yang intim dengan pasangannya akan meminimalisir munculnya konflik dalam sebuah hubungan. Hal ini merupakan salah satu sumber utama kebahagiaan sebagai seorang individu, serta merupakan landasan yang kuat untuk membangun hubungan yang harmonis dan kesehatan mental yang baik. Keintiman seorang perempuan juga dipengaruhi oleh peran orangtua, terutama ayahnya. Perkembangan sosial, ekonomi dan budaya memberikan pengaruh pada presepsi masyarakat dalam melihat figur ayah dalam pengasuhan dan perkembangan anak perempuannya. Hubungan dan sikap ayah dalam menjalankan perannya akan menentukan bagaimana anak perempuan tersebut menentukan sikapnya terhadap laki-laki yang akan ditemuinya kelak.Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran keintiman pada perempuan dewasa muda yang dilihat dari empat domain, yaitu love and affection, trust, self-disclosure, dan non-verbal communication. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai tiga partisipan yang merupakan perempuan berusia 19-29 tahun yang memiliki pasangan, baik berpacaran maupun menikah, dan sebelumnya sudah diseleksi menggunakan alat ukur “Keterlibatan Ayah dari Sudut Pandang Anak”.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ketiga partisipan mampu menunjukan keintiman kepada pasangannya, dilihat dari keempat domain keintiman menurut teori Hatfield dan Rapson. Namun keterlibatan ayah bukan menjadi salah satu faktor utama yang dapat menjelaskan keintiman partisipan dengan pasangannya. Terdapat beberapa faktor lain yang terlihat dalam memengaruhi keintiman, seperti pengalaman partisipan dengan pasangan sebelumnya, respon pasangan mereka saat ini, karakteristik, serta status hubungan yang dijalani. Keterlibatan ayah yang rendah dari partisipan terlihat memengaruhi partisipan dalam cara mereka menentukan pasangan hidup. |