Beberapa keluarga miskin cenderung memanfaatkan anaknya untuk bekerja bahkan pada situasi yang merugikan dan beresiko sekalipun. Keadaan ini beresiko mengganggu perkembangan anak sebagai remaja, dan dapat menjadi siklus kemiskinan yang turun temurun. Salah satu solusi yang diberikan terhadap isu ini adalah menyediakan pendidikan kewirausahaan bagi remaja-remaja rentan ini, dengan harapan mereka dapat hidup secara lebih independen dan berguna di dalam masyarakat. Dalam berwirausaha, seseorang membutuhkan efikasi diri agar mampu mengubah intensi berwirausaha menjadi aksi nyata. Melihat latar belakang mereka yang belum tentu terpapar dengan model dan peran yang baik, peneliti ingin mencaritahu sumber informasi pembentuk efikasi diri mana yang berkontribusi pada efikasi diri berwirausaha pada alumni pendidikan alternatif kewirausahaan yang berwirausaha, melihat jumlahnya yang tidak banyak. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan jenis penelitian retrospektif. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan dua instrumen penelitian yang adalah Source of Entrepreneurial Self Efficacy Scale dan Entrepreneurial Self Efficacy Scale. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui dari keempat sumber informasi pembentuk efikasi diri; enactive mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasion, dan physiological & affective state, serta akan dikaitkan dengan efikasi diri berwirausaha partisipan. Instrumen ini disebarkan secara daring kepada 81 partisipan yang adalah wirausahawan alumni pendidikan alternatif kewirausahaan yang mengikuti pendidikan pada usia 10-20 tahun. Partisipan didapatkan melalui organisasi penyedia pendidikan alternatif kewirausahaan. Hasil dari pengisian kuisioner ini dianalisis dengan melakukan korelasi pearson dan analisis regresi berganda (multiple regression). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dari keempat sumber informasi pembentuk efikasi diri, sumber informasi yang paling berkontribusi pada wirausahawan alumni pendidikan alternatif kewirausahaan adalah vicarious experience. Vicarious experiences berkontribusi paling besar, kemudian terdapat verbal persuasion, enactive mastery experience, dan physiological & affective state yang berada pada posisi terakhir. |