Education mismatch diartikan sebagai situasi saat kualifikasi pendidikan karyawan tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang dilakukan. Menurut data, di Indonesia masih banyak angkatan kerja yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Program link and match sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak lama, namun upaya tersebut belum dapat berjalan secara efektif karena jumlah lowongan pekerjaan, pencari kerja, dan jenis pendidikan yang ada tidak seimbang. Hal itu tentu memiliki berbagai dampak negatif terutama pada tenaga kerja. Peneliti menduga, karyawan dengan situasi education mismatch akan mengalami stres dan kepuasan kerja, dua hal penting yang seringkali muncul dalam dunia kerja. Karena itu peneliti ingin melihat hubungan antara stres dan kepuasan kerja, dan bagaimana hal tersebut dapat terjadi dalam fenomena education mismatch di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan alat ukur stres kerja yang telah disusun berdasarkan teori stres kerja Robbins dan kuesioner Job Satisfaction Survey (JSS) dari Spector. Kuesioner stres kerja ini terdiri dari 13 item yang menggambarkan gejala fisiologis, psikologis, dan perilaku dari stres kerja. Sementara kuesioner JSS berisi 33 item yang mengukur sembilan aspek kepuasan kerja, yaitu aspek pay, promotion, supervision, fringe benefits, contingent reward, operating condition, coworkers, nature of work, dan communication. Peneliti hendak menelaah hubungan antara stres kerja dan kepuasan kerja dengan mengukur tingkat stres dan kepuasan kerja karyawan yang mengalami situasi education mismatch, dengan pengalaman kerja kurang dari lima tahun di tempat individu tersebut bekerja. Berdasarkan hasil uji Spearman-rho diketahui bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja pada karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Hasil penghitungan menunjukkan stres kerja berada pada kategori tinggi, sedangkan kepuasan kerja berada pada kategori rendah. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stres kerja maka tingkat kepuasan kerja akan semakin menurun. |