Pada masyarakat Nusa Tenggara Timur dikenal beraneka macam tenunan yang sampai saat ini tetap ada, dan digunakan dalam aktivitas keseharian mereka. Corak dan warna yang mendekati warna alam dengan warna dasar gelap seperti hitam, coklat, merah hati dan biru tua, dengan tidak banyak variasi warna menjadi ciri khas tenunan Flores dan Timor. Hal ini karena para penenun kain menggunakan pewarna nabati, yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti mengkudu, tauk, kunyit dalam proses pewarnaan benang. Pewarnaan dengan menggunakan bahan-bahan zat pewarna berasal dari alam, limbah yang dihasilkan relative lebih ramah lingkungan. Supaya masyarakat tetap mempertahankan pewarna nabati, maka nilai-nilai kearifan local dalam proses pembuatan kain tenunan, dipertahankan melalui regulasi dalm hal ini Peraturan Daerah. Nilai-nilai kearifan local dalam proses pembuatan tenun ikat timor, terdapat dalam setiap tahapan proses pembuatan tenun ikat timor tersebut , seharusnya menjadi bahan bagi pemerintah daerah dalam menyusun regulasi atau peraturan daerah dalam mendorong proses pembuatan kain tenun yang ramah lingkungan. |