Sebagai sekolah yang sumber pemasukan dananya berasal dari uang siswa, sekolah Katolik membutuhkan komitmen organisasi gurunya untuk membantu mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Komitmen yang dimaksud ialah komitmen organisasi. Komitmen organisasi diyakini dapat menjadi kekuatan untuk menjalankan program sekolah di mana guru bekerja. Komitmen organisasi guru yang tinggi tentunya akan mempermudah tercapainya tujuan-tujuan yang telah disusun sekolah. Akan tetapi, untuk mempertahankan komitmen organisasi guru diperlukan dukungan dari pihak manajemen, yakni yayasan sekolah, dengan cara menciptakan kesejahteraan guru di tempat ia bekerja, atau dalam hal ini workplace well-being. Hal itu dikarenakan komitmen organisasi dan workplace well-being dapat mempengaruhi performa kerja seseorang yang akan mempengaruhi kinerja dan juga tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena komitmen organisasi dan juga work place well being guru dapat mempengaruhi performa kerja seseorang dan adanya dugaan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh workplace well being, maka peneliti hendak mengukur hubungan antara kedua variabel ini. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan dua alat ukur yaitu alat ukur komitmen organisasi milik Meyer dan Allen pada tahun 1990 dan juga alat ukur workplace well-being milik Page pada tahun 2005 yang telah peneliti modifikasi ke dalam lingkup sekolah dan guru. Data dari 141 partisipan guru yang bekerja di sekolah Katolik di Jakarta diperoleh dengan teknik cluster dan convenience sampling, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik korelasi spearman rho. Hasil analisis dari pengujian statistik menunjukkan bahwa workplace well-being secara signifikan berkorelasi positif dengan ketiga komponen komitmen organisasi, yaitu komitmen afektif, komitmen berkesinambungan, dan juga komitmen normatif. Diskusi yang dibahas pada penelitian ini antara lain mengenai munculnya domain ekstrinsik pada workplace well-being yang memiliki banyak hubungan yang positif dan signifikan dengan komponen komitmen organisasi, serta pembahasan mengenai hubungan dari masing-masing aspek workplace well-being dengan ketiga komponen komitmen organisasi. Selain itu, juga terdapat pembahasan tentang data demografis partisipan yang dikaitkan dengan komponen komitmen organisasi dan workplace well-being mereka sebagai data analisa tambahan. |